SRAGEN – Perubahan pola konsumsi masyarakat menimbulkan banyak dampak bagi kehidupan. Salah satu dampak yang paling nampak adalah meningkatkan limbah sampah yang semakin beragam. Berdasarkan data Sistem Informasi Pengelolaan Sampah Nasional (SIPSN) dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), pada tahun 2022 banyak timbunan sampah di Indonesia mencapai 19,45 juta ton. Dengan besarnya jumlah sampah tersebut perlu diimbangi dengan kegiatan pengurangan sampah yang berwawasan lingkungan oleh Masyarakat.
Kegiatan pengurangan sampah sudah banyak dilakukan oleh masyarakat. Namun masih sedikit dari masyarakat yang melakukan pengurangan sampah dengan cara yang bertumpu pada wawasan lingkungan. Masih banyak dari mereka yang melakukan pembakaran sampah sebagai upaya pengurangan sampah. Metode tersebut efektif untuk mengurangi sampah, akan tetapi dampak mengerikan setelah pembakaran seperti pemanasan global akan menghantui kehidupan masyarakat kedepan.
Pengurangan jumlah sampah melalui pembakaran masih banyak dilakukan oleh masyarakat Desa Dukuh. Hampir disetiap sore hari terdapat masyarakat Dukuh yang membakar sampah. Oleh karena itu perlu adanya kegiatan pemberdayaan masyarakat yang bertujuan untuk memberitahu masyarakat akan bahayanya membakar sampah sekaligus memberikan jalan alternatif lain sebagai upaya pengurangan jumlah sampah yang berwawasan kelestarian lingkungan.
Untuk mengatasi hal tersebut Mahasiswa KKN Universitas Diponegoro Semarang membuat Progam Bertajuk: “Sampah Tak Selamanya Usang: Program Pemberdayaan Masyarakat dalam Mengelola Sampah menjadi Hal yang Bermanfaat.” Progam ini diselenggarakan pada Kamis (10/08/2023) bertempat di Balai Desa Dukuh dengan peserta seluruh masyarakat Dusun Gupakwarak. Kegiatan diawali dengan sosialisasi mengenai bahaya membakar sampah kemudian diikuti dengan pelatihan membuat pupuk dari sampah organik serta mengelola sampah anorganik untuk dipilah dan dijual ke pengepul.
Maxsuel Herianto Sidabutar mewakili rekan-rekan Mahasiswa Unidp mengatakan adanya progam ini dapat merubah kebiasaan masyarakat dalam upaya pengurangan sampah yang awalnya melalui pembakaran berubah menjadi pengelolaan yang ramah lingkungan. “Memanfaatkan sampah organik menjadi pupuk yang berguna untuk tanaman dan menjual sampah anorganik ke pengepul untuk dapat didaur ulang dalam jumlah yang besar dengan nilai tambah mendapatkan penghasilan dari hasil menjual sampah ke pengepul tersebut,” katanya.
Selain Maxsuel, kegiatan ini diikuti AndicRafly Sentosa, Muhammad Syauqi Ramadhan, Dioufie Wardho Prawiro, Yuli Evatun Khasanah, Tanya Tristanova, Grace Mutiara Nauli dan Salsabila Dhea Aishatama. Mereka diarahkan oleh Dosen Pembimbing Dr. Tuswan, ST dan Jazimatul Husna, SIP., M.IP.